Rabu, 27 Februari 2013


Purwaceng, Viagra dari Dieng.

Urusan kejantanan pria, ternyata sudah menjadi bahan pembicaraan sejak jaman raja-raja Hindhu di Tanah Jawa. Terbukti dijaman itu sudah ditemukan obat seperti viagra untuk menigkatkan kualitas seksualnya kaum pria. Uniknya obat tersebut berupa tanaman yang ada di kawasan Dieng. Tidak salah bagi anda yang mengalami gangguan keperkasaan atau sekedar penasaran untuk mencobanya. 

Purwaceng adalah tanaman yang dikenal dengan viagra tradisional ini memang tersohor karena khasiatnya yang bikin stamina lebih greng. Dalam bahas latin tanaman ini disebut Pimpinella Pruatjan adalah tumbuhan dari genus Apiaceae. Biasanya diolah dalam bentuk bubuk purwaceng, kopi purwaceng dan susu purwaceng. Terkenal karena khasiatnya yang dapat meningkatkan stamina tubuh bagi yang meminumnya. 

Meski agak sulit mencarinya, namun tak sedikit orang rela bersusah payah mendapatkan Purwaceng.
Penampakan fisik Purwaceng adalah semak kecil merambat di atas permukaan tanah seperti tumbuhan pegagan dan semanggi gunung, banyak ditemukan di pegunungan seperti di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Daunnya kecil-kecil berwarna hijau kemerahan dengan diameter 1-3 cm. Ini tanaman legendaris yang dijadikan obat kuat oleh para raja atau kalangan istana di daerah Jawa.

Memang tidak sedikit tumbuhan atau tanaman obat yang memiliki khasiat penambah stamina atau dalam bahaya kerennya aprosidiak, biasanya memang digunakan atas dasar mitos, kepercayaan dan pengalaman. Namun untuk khasiat tanaman Purwaceng ini bukan sekedar mitos belaka karena studi sudah membuktikannya.

Pertama kali ditemukan di pegunungan Alpen, Swiss dengan ketinggian 2000-3000 meter di atas permukaan laut. Dipegunungan Lyang, Jawa Timur purwaceng disebut dengan nama Suripandak abang dan digunung Tengger disebut Gebangan Depok.

Dari berbagai penelitian yang dilakukan beberapa perguruan tinggi dalam negeri diketahui bahwa ada efek nyata tanaman purwaceng terhadap peningkatan kemampuan seksual sangat tinggi. Oleh karena itu, Purwaceng sering disebut sebagai Viagra tradisional atau Viagra Indonesia.

Seperti dikutip dari hasil studi peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2007, seluruh bagian tanaman purwaceng dapat digunakan sebagai obat tradisional, namun bagian yang paling berkhasiat adalah akarnya. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan juga membenarkan bahwa akarnya mempunyai sifat diuretika dan digunakan sebagai aprosidiak, yaitu khasiat obat yang dapat meningkatkan atau menambah stamina.

“Umumnya tumbuhan atau tanaman yang berkhasiat sebagai aprosidiak mengandung senyawa-senyawa turunan saponin, alkaloid, tanin, dan senyawa-senyawa lain yang berkhasiat sebagai penguat tubuh serta memperlancar peredaran darah,” ungkap Heri Kusuma (43) Alumnus IPB.

Bahan aktif purwaceng paling banyak terdapat pada bagian akarnya yang menyerupai wortel dan berwarna putih, panjangnya sekitar 10 cm. Akar purwaceng mengandung turunan senyawa kumarin yang sering digunakan dalam industri obat modern, tetapi bukan untuk aprodisiak melainkan untuk anti bakteri, anti fungi dan anti kanker. Untuk mendapatkan khasiat nyata, yaitu meningkatkan gairah seks, hormon testosteron dan meningkatkan jumlah spermatozoid. Purwaceng harus diminum teratur selama 7-15 hari.

“Selain itu tanaman ini juga berkhasiat menghangatkan tubuh, saraf dan otot, menghilangkan masuk angin dan pegal linu, melancarkan buang air kecil, obat analgetika (menghilangkan rasa sakit), menurunkan panas, obat cacing, antibakteri serta anti kanker. Purwaceng yang asli memiliki rasa khas, yaitu pedas, yang dihasilkan oleh akar dan bijinya,” tambah Heri.

Cara Meramu Purwaceng

Purwaceng sebenarnya tergolong tanaman langka dan hampir saja punah, namun kini dapat diselamatkan dengan budi daya menggunakan metode kultur in vitro. Sebetulnya, purwaceng sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu. Konon, di zaman dahulu hanya para raja yang mengonsumsinya sebagai minuman. Semakin lama tanaman yang aslinya tumbuh liar di Gunung Perahu dan Gunung Pakujiwo di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah ini, makin banyak dikonsumsi rakyat biasa.

Kini, purwaceng pun sudah banyak dibudidayakan. Meski termasuk jenis perdu, purwaceng merupakan tanaman yang tergolong langka. Dia hanya bisa tumbuh baik di dataran Tinggi Dieng, dengan ketinggian 2.000 dpl (di atas permukaan laut). Tanaman ini memang tergolong “rewel” dalam memilih tempat untuk hidup.

Saat tanaman ini dicabut dari tanah, aroma harum khas purwaceng langsung bisa tercium. Setelah dipanen, purwaceng langsung dicuci bersih sampai ke akarnya. Purwaceng yang masih segar bisa langsung disantap sebagai lalapan, dengan khasiat yang tak berbeda dari tanaman keringnya.

Untuk dijadikan minuman, purwaceng yang sudah dicuci bersih langsung dikeringkan selama 1-2 hari. Jika kering dalam 1 hari, 10 kg purwaceng basah akan menyusut menjadi 1 kg purwaceng kering.
Sedangkan jika kering dalam 2-3 hari, dibutuhkan 11-12 purwaceng basah agar bisa menyusut menjadi 1 kg. Purwaceng kering bisa bertahan sampai satu tahun. Setelah kering, purwaceng siap dijadikan minuman. Untuk mendapatkan khasiat secara nyata, purwaceng harus diminum secara teratur selama 7-15 hari.

Selain dikenal sebagai viagra juga berkhasiat menjaga kesehatan tubuh. Antara lain, menghangatkan tubuh, saraf dan otot, menambah stamina tubuh, menghilangkan masuk angin dan pegal linu, serta melancarkan buang air kecil. Manfaat Lain Purwaceng adalah sebagai sebagai obat analgetika (menghilangkan rasa sakit), menurunkan panas, obat cacing, antibakteri dan antikanker.
Untuk olahan purwaceng dalam bentuk bubuk rasa kopi tak boleh diminum perempuan hamil dan penderita hipertensi serta penyakit jantung. Nah, buat para penggemar minuman tradisional yang menginginkan unsur vitalitas dan keperkasaan bisa meramu purwaceng, Jahe, gula putih, gula palem, krimer, pinang, ginseng, tribulus terrestris, dan kopi. Ramuan ini menghasilkan minuman yang nikmat menyehatkan dan memiliki khasiat keperkasaan.
Berburu Viagra
Untuk menemukan tanaman viagra di alam liar, kita bisa mencarinya di Dataran Tinggi Dieng. Dataran tinggi yang terletak di dua kabupaten, Wonosobo dan Banjarnegara ini mempunyai pemandangan yang sangat mempesona. Perpaduan pemandangan Telaga Warna Dieng dan keberadaan candi-candi Hindu.

Untuk menemukan purwaceng, kita harus menyisir rerumputan dan pepohonan dikawasan Dieng.  Namun bila tidak mau repot-repot, bisa mampir di warung-warung yang berjajajar di sekitar perjalanan menuju Telaga Warna. Sudah dikenal bahwa warung warung tersebut menyediakan purwaceng dalam berbagai olahan minuman. Ada dalam bentuk kopi, the, ronde dan lain-lain.

Tepatnya, sebelum memasuki gapura kawasan danau ada sebuah warung yang menyediakan kopi purwaceng, minuman ajaib yang menghangatkan badan. Minuman herbal tersebut dikawasan ini memang tersohor sebagai obat kuat suami istri. Alhasil, setelah beberapa menit minum kopi purwaceng, dipastikan rasa hangat mengaliri tubuh setelah menenggak purwaceng.

Sejak zaman kerajaan Hindu kuno purwaceng memang sudah dikenal. Para raja dijaman itu mengkonsumsi tanaman ini dalam bentuk minuman. Dulu tanaman purwaceng belum dibudidayakan oleh para petani. Selain Dieng, juga tumbuh liar di Gunung Perahu.

“Beberapa penduduk setempat memakan Purwaceng yang masih segar. Jadi juga bisa langsung di konsumsi sebagai lalapan. Khasiatnya juga tidak berbeda jauh dengan yang sudah di keringkan,” ujar Mak Ti (60) penjual kopi purwaceng.




Namun bagi yang menginginkan bentuk lain, purwaceng sudah di jual di dalam kemasan dan sudah dimodifikasi dengan rasa lainnya seperti purwaceng kopi dan purwaceng susu. Jadi bagi orang yang tidak suka jamu tradisional bisa membeli purwaceng yang bukan original.(pra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar