Rabu, 27 Februari 2013


Pasar Hewan dan Makanan Ekstrem di Tomohon
Kelelawar Dimasak Santan, Tikus Dibumbu Rica



Saat menonton tayangan telivisi seperti Fear Factor, kita kadang ngeri melihat orang-orang disuruh makan ulat, kecoa, dan makanan ekstrem lainnya. Padahal, di negeri jamrud katulistiwa ini ada suku Minahasa, Sulawesi Utara yang terbiasa menyantap makanan ekstrem alias tidak biasa dimakan oleh warga masyarakat di daerah lain. Penasaran?

Berbelanja atau hanya sekedar melihat-lihat makanan nyeleneh bisa dilakukan di Pasar Tomohon dan Pasar Langowan, Manado, Sulawesi Utara. Namun sebagian besar wisatawan lebih memilih ke Pasar Hewan Tomohon. Pasar di Kelurahan Paslaten, Kecamatan Tomohon Timur tersebut bisa dicapai dengan naik bus bertarif Rp 6.000,- per orang, berangkat dari Terminal Karombasan. Sepanjang 45 menit perjalanan menanjak dan berkelok-kelok, penumpang bisa menikmati pemandangan kota Manado dengan pantainya yang indah nan biru.

Tiba Terminal Beriman Tomohon kita cukup berjalan kaki untuk mencapai Pasar Hewan Tomohon. Sebab pasar tersebut bersebelahan dengan terminal bis yang tepatnya berada di Kelurahan Paslaten, Kecamatan Tomohon Timur.

Hati-hati! Sebelum memasuki pasar yang dikenal sebagai pusatnya perdagangan hewan dan makanan nyeleneh dan ekstrim tersebut, sebaiknya kita siapkan mental terlebih dahulu supaya kita tidak terkejut dengan dagangan yang digelar didalamnya. Sekadar cerita dari mulut kemulut warga setempat, banyak wisatawan asing yang datang ke tempat ini yang akhirnya balik kanan didepan gerbang pasar lantaran tercengan dan kasihan melihat hewan-hewan tersebut dibunuh, dibakar, dipotong-potong, dan dijual untuk dimakan.

Dideretan paling dekat dengan pintu masuk pasar, terdapat lapak penjual daging kelelawar yang dalam bahasa Manado disebut paniki. Kelelawar?  Memang keunikan Pasar Hewan Tomohon terbukti nyata mampu mengejutkan para wisatawan yang baru bertama kali datang dipusat perbelanjaan daging nyeleneh ini. Sebab ditempat ini hewan-hewan yang dijual oleh sebagian besar masyarakat di negeri ini tidak biasa dikonsumsi.

Berarti bukan paniki saja? Paniki bukanlah satu-satunya hewan yang dijual disini. Di Pasar Tomohon juga dijual daging ular piton, ikan cakalang, tikus, buaya, penyu, anjing, kucing, babi, sapi, ulat, rusa bahkan kera. Wow!

Ekstrim? Di tempat ini, daging-daging hewan tersebut biasa dijualbelikan sebagai menu makanan sehari-hari. Entah sejak kapan Pasar Tomohon ini berdiri. Tetapi satu hal yang pasti, pasar itu menjadi tempat warga Manado berburu bahan makanan hewani.

Pemandangan dari daging monyet yang dicacah bersanding daging ular piton besar, serta paniki dengan mukanya yang menyeringai sehingga terlihat gigi-gigi runcingnya menjadi pemandangan lazim bagi masyarakat Minahasa.

Resep Masakan Khas Minahasa

“Paniki ini dalam hidupnya hanya makan buah-buahan hutan, jadi enak sekali dimakan, dagingnya lembut dan ada rasa manisnya, lebih gurih dari daging ayam. Cocok dimasak bumbu santan,” ungkap Jeny Warokka (45) warga setempat yang biasa berbelanja di pasar Tomohon.
Paniki banyak didatangkan dari Ujung Pandang dan Gorontalo. Untuk ukuran besar dijual Rp 25 ribu /ekor sedangkan ukuran kecil Rp 15.000/ekor. Menurut Jheny, untuk memasak paniki kalau bisa jangan dibumbu pedas. Karena serat dagingnya yang lembut dan  agak rasa manis, lebih terasa nikmat bila dimasak bumbu santan.

“Begini cara masaknya, 4 atau 5 paniki ini dipotong potong, terus bumbu yang terdiri dari bawang merah 10 buah, jahe 1 iris, lombok merah 10 buah, 1 butir, bawang putih 5 siung dihaluskan dan ditumis dengan minyak kelapa 2 sendok. Setelah aroma gurihnya keluar masukkan paniki dan dioseng hingga setengah matang terus masukkan santan ukuran satu butir kelapa. Tunggu hingga matang. Nah…selamat mencoba,” imbuh Jheny memberi resep paniki santan.

Tidak jauh dari lapak hewan paniki, terdapat jejeran hewan tikus yang sudah dibakar dengan kulitnya terlihat menghitam. Tikus? Sekedar diketahui, binatang pengerat yang dijual dipasar Tomohon ini adalah jenis tikus pohon yang ditangkap dari hutan-hutan dikawasan Sulawesi Utara. Dijual dengan harga Rp 15 ribu/ekor ukuran besar dan Rp 10 ribu/ekor untuk kecil.  

“Rasanya? Enak, serius. Seperti perpaduan antara daging rusa yang manis dan daging sapi," ujar Jheny dengan mantap. Menurut wanita berkulit bersih ini, cara memasak tikus lebih cocok dibumbu rica alias pedas.

Lagi-lagi wanita asli suku Minahasa ini menularkan resepnya. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan tikus rica antara lain 5 tikus dipotong-potong, lumuri garam dan air jeruk nipis. Siapkan 100 gram bawang merah, iris tipis,2 lembar daun jeruk, buang tulang daunnya. Bumbu yang dihaluskan 10 buah cabai merah,1 ruas jahe,Garam.

“Tumis bawang merah iris hingga layu, masukkan bumbu halus dan daun jeruk, tumis hingga harum. Masukkan tikus, aduk rata, tutup rapat, masak hingga matang,” tuturnya sambil melangkah kearah pedagang anjing.

Disini para penjaja daging anjing mendatangkan barang dagangannya dari peternakan di Palu dan Gorontalo. Di Manado daging anjing biasa disebut RW kependekan dari Rintek Wuuk (bahasa Minahasa) yang artinya bulu pendek. Dalam melayani pemebelinya, mereka memberikan dua pilihan.

Mau yang masih hidup atau sudah mati? Jika memilih anjing yang masih hidup, maka binatang penggonggong tersebut akan dimatikan terlebih dulu. Setelah itu dibakar dengan semburan api dari kompor tangan elpiji guna menghilangkan bulunya. Setelah bulu-bulu hewan tersebut terbakar, kemudian kulitnya tubuhnya dikerik dengan pisau dan kemudian dipotong-potong.

Untuk RW dijual dengan harga mulai Rp 350 ribu/ekor. Sedangkan bagi pembeli yang hanya membutuhkan beberapa kilo saja dibandrol dengan harga Rp 25 ribu/kg. “Untuk hari-hari biasa seperti ini, biasanya yang banyak pembeli kiloan. Kalau musim hari raya Natal atau Tahun  Baru biasanya pembeli minta perekor,” tutur Yansen Lendo (50) pedagang RW.

Sebagai penjual sekaligus penggemar masakan RW, Yansen ternyata suka membagikan resep masakan RW yang dia sebut sebagai resep keluarga yang didapat secara turun temurun. “Rw rasanya enak, cocok dimasak rica,” imbunya.

Sambil melayani beberapa pembeli, lelaki yang mengirim dua anaknya kuliah di Surabaya ini membeberkan resep masakan rica kebanggaannya. Tidak berbeda dengan resep Jheny untuk rica tikus, Yansen menambahkan 1 siung kunir, 1 gengam daun kemangi dan 7 batang daun bawang diiris seruas jari.

Yang tidak kalah menarik dari lapak pedagang RW adalah keberadaan daging ular piton. Karena langka dan sulit untuk mendapatkannya, daging ular piton mempunyai harga yang cukup mahal. Yosa Pondaag (40) membandrol harga daging binatang melata tersebut Rp 50 ribu/kilo. Uniknya, meskipun tergolong mahal, namun dalam sehari lelaki 3 anak ini mampu menjual 30 hingga 50 kilo perhari.“Daging ular ini sangat disukai untuk camilan saat pesta minum,” imbuhnya.

Dalam menggelar dagangannya, Yosa memajangnya diatas meja dalam kondisi ular utuh lengkap dengan kulitnya. Bila pembeli datang dia hanya menanyakan berapa kilo dan Yosa segera mengasah pisaunya untuk segera mencincang dan menimbangnya.“Biasanya saya dapat kiriman ular dari Tondano, Palu dan daerah lainnya,” imbuhnya

Para penjaja daging rusa pun tidak kalah. Ronal Sondak menggelar dagangan hewan mirip kambing tersebut secara utuh. Alasannya biar pembeli percaya bahwa yang mereka jual adalah benar-benar daging rusa bukan daging kambing atau binatang lainnya. “Daging rusa sangat mahal. Perkilo biasanya saya jual Rp 70.000,-. Makanya saya baru memotong motong dagingnya didepan pembelinya langsung,” ungkap Ronal serius.

Pedagang daging rusa di pasar ini, mendapat pasokan rusa dari hasil perburuan warga setempat. Namun  beberapa waktu terakhir ini pasokan dari kawasan sekitar sangat sedikit sementara permintaan masih banyak. “Untuk mendapatkan dagangan, saya mendatangkan daging rusa dari Kalimantan Tengah dan Papua,” imbuhnya.

Seekor rusa ukuran besar, Ronal membeli dari pemburu dengan harga Rp 5 juta. Namun ketika musim liburan Natal dan Tahun Baru harga rusa bisa naik hingga Rp 8 juta per ekor. “Saat itu pemintaan pembeli sangat tinggi, bahkan para pegawai Pemkot sering pesan jauh hari sebelum hari perayaan tiba,” tuturnya.

Bahkan, perayaan ulang tahun, pernikahan, atau syukuran rumah baru masayarakat Minahasa sering menggunakan daging rusa sebagai menu hidangan favoritnya. Untuk menyajikannya dimasak gulai atau balado. Untuk memasak gulai rusa,  membutuhkan 500 gr daging rusa segar, 7 siung bawang merah, 3 siung putih, 500 ml santan dari buah kelapa, 2 sdm kelapa sangrai,3 centi lengkuas, 5 buah cabe segar, 1/2 sendok teh ketumbar, 3 buah kemiri, 3 centi  jahe, 2 centi kunyit, 3 lembar daun salam, 3 lembar daun jeruk, 2 batang serai, garam dan marica secukupnya.

Cara membuat, daging rusa dirajang dadu ukuran 2×2 cm, rebus sebentar saja, karena daging rusa tidak terlalu liat. Semua bumbu digiling halus kecuali daun salam dan daun jeruk tumis bumbu dengan minyak sayur. Campur daging yg sudah direbus kemudian masukkan santan terus aduk  hingga matang, sambil cicipi masukkan garam dan penyedap rasa sesuai selera. Kecilkan api kompor, biarkan hingga 5 menit. Nah…siap disajikan.

Bagi wisatawan atau pengunjung pasar Tomohon untuk yang ingin mencicipi menu ekstrem tersebut tentu tidak harus beli daging di Pasar Tomohon, lalu memasaknya sendiri. Sebab dikawasan Sulawesi Utara tersebar banyak rumah makan yang menyajikan menu-menu khas Minahasa tersebut.

Beberapa rumah makan yang menjual menu ekstrem tersebut antara lain, RM Megfra, Heng-Mien, Tinoor Jaya, Nathan, Pemandangan, Imanuel Ragey, dan Kawangkoan Ragey. Rumah makan yang menyajikan menu ektrem tersebut umumnya berdiri di sepanjang jalan Manado-Tomohon. “Wisatawan bisa menikmati menu khas kami sambil menikmati pemandangan Kota Manado dari ketinggian,” tutur Pinkan Kandau (40) pengelola salah satu rumah makan di kawasan Manado-Tomohon.

Itulah keunikan daerah Sulawesi Utara dimana suku Minahasa berdiri secara turun temurun mewariskan keunikan budaya yang salah satunya budaya masakannya. Karena orang Minahasa suka mengkonsumsi ‘makanan hewani’ tentu pasar-pasar yang tersebar di beberapa tempat menjadi ramai dan menjadi pusat perhatian wisata. Hal ini semakin menjadi daya tarik yang lebih setelah dibumbui dengan keramahan masyarakatnya dalam menyambut dan melayani para wisatawan.(pras)

1 komentar: